Hari Mingggu, 17 Agustus 2009 saya dan anggota keluarga pergi ke Pati guna mengunjungi kerabat yang ada di sana. Namun, perjalanan saya menuju Pati kali ini tidak naik bis melainkan naik mobil. Meski begitu saya tidak melupakan sama mahluk berwujud 'bis'. Buktinya saya masih menyempatkan foto-foto bis dan berkunjung ke garasi/pool bis asal kota kacang tersebut.
Berangkat dari Malang hari Minggu pukul 09.30 wib. Kebetulan waktu itu saya yang mengemudikannya. Beberapa bis yang saya salip diantaranya, po Sinar Mandiri, po Haryanto (bis pariwisata), po Jaya Utama, dan bis lainnya saya lupa. Sesampainya di Jawa Tengah tepatnya di terminal Lasem, Rembang tiba-tiba terlihat bis Nusantara mesin Scania yang sedang ngetem berhenti menunggu jam keberangkatan. Sayapun berhenti dan meminggirkan kendaraan untuk memfoto bis Nusantara dan situasi terminal Lasem. Sepertinya Nusantara dengan kode NS-941 itu jurusan ke Jakarta. Selain bis Nusantara di terminal Lasem waktu itu juga sedang parkir po Bandung Express mesin OH Prima dan Pahala Kencana mesin Hino RG. Puas memoto terminal Lasem saya melanjutkan perjalanan menuju Pati.
Selepas Lasem, kota berikutnya adalah masuk Kota Rembang. Saat melewati terminal Rembang pada waktu itu kebetulan tidak ada bis, sehingga saya tidak memoto kondisi terminal. Kondisi tidak ada bis juga berlanjut di terminal bis Juwana. Dari Juwana saya belok ke kiri untuk menuju Kec. Tayu, Kabupaten Pati di sana keluarga dan kerabat dari Ayah saya sudah menunggu kedatangan kami rombongan dari Malang.
Di Tayu, Kabupaten Pati sayapun meluangkan waktu untuk hunting foto bis. Nah, saat melewati jalanan di Kec. Tayu sayapun melihat po Sari Mustika jurusan Pati-Sumatera yang sedang 'ndeprok' di bengkel cat/las teter. Sayapun memoto bis Sari Mustika dengan cat dan corak baru tersebut. Selanjutnya saya kembali menemukan bis besar AKAP lainnya yang sedang bersiap-siap berangkat menuju Jakarta. Di sana saya menemukan po Senja Furnindo dengan cat dan corak warna ungu.
Didengar dari suara bis tersebut, saya yakin kalau bis tersebut bermesin MB OH 1518, dengan bodi karoseri Morodadi Prima yang dirombak dengan model Evolution lampu Marcopolo karoseri Rahayu Sentosa. Hari semakin petang, saya dan keluarga menuju pusat Kota Pati mencari hotel untuk menginap.
Namanya juga BisMania, saat malam hari tiba pukul 21.00-an sayapun gelisah karena saya yakin jam-jam malam seperti ini adalah waktunya bis malam dari arah Jawa Timur melintas di jalanan Pati. Sayapun memilih pertigaan Puri, Pati sebagai lokasi hunting poto bis. Namun sayang seribu sayang, karena keterbatasan dari kemampuan kamera, sayapun hanya mampu memfoto beberapa bis saja. Ada sesuatu yang menarik saat saya berdiri di pertigaan Puri, biasanya bis-bis AKAP/AKDP reguler harus melintas di jalan lingkar dari arah terminal Pati. Namun saya heran po Lorena-Karina lewat melalui jalan tengah Kota atau lewat alun-alun Pati. Padahal banyak bis malam lainnya seperti Pahala Kencana dan Kramat djati tidak melalui tengah kota. Kenapa ya?
Keseokan harinya sebelum cek out dari Hotel Rama, Pati saya menyempatkan diri untuk berkunjung ke pool/garasi/stand cucian bis beberapa po di Pati. Pertama saya mengunjungi garasi po Selamet di daerah Rendole Pati. Kebetulan sekali, saya bertemu dengan Bapak Heri yang merupakan pengusaha bis Selamet. Sayapun minta ijin untuk memfoto kondisi garasi dan beberapa bis Selamet yang ada di sana. Sembari memfoto kami mengobrol seputar bis Selamat dan sharing tentang model bis, membandingkan model karoseri antara Malang dan Pati.
Pak Heri bercerita kepada saya tentang sejarah dan awal mula berdirinya po Selamet. Dahulu bernama po Ikha Jaya, yang pada tahun 1970-an menjalani usaha MPU/bison/colt trayek Pati-Tayu P.P. Seiring berjalannya waktu, perusahaan milik Sukarno Lilik ini memiliki armada bis besar dan membuka trayek Lasem-Kudus-Semarang P.P. Ikha merupakan nama depan dari putra-putri Bapak Sukarno Lilik .
Lokasi: Garasi po Selamet, Pati
Di tahun 1990-an nama berubah menjadi po Selamet dan membuka trayek AKAP jurusan Tayu-Pati-Jakarta P.P. Baru pada tahun 1978 memliki "Mas, karoseri bis di Malang itu bagus-bagus daripada model bis yang ada di Pati ya", komentar Pak Heri yang heran kepada saya karena menurut beliau bis-bis di Malang jauh lebih bagus daripada yang ada di Pati. "Tapi Pak, di Malang menurut saya belum ada bis-bis yang ban nya selalu mengkilap karena disemir. Selain itu ring pelek dari bis Selamet hampir rata-rata di lapisi dengan crome." sanggahan saya.
Selanjutnya Pak Heri mempersilahkan saya untuk memoto bis-bis yang ada di garasi, Pak Heri pun melanjutkan aktifitasnya yaitu membantu mengecat "selendang" bis miliknya bersama anak buahnya. Sebagian besar armadanya bermesin OH1113 atau prima, OH1518 atau don king, dan OH 1521 atau intercooler.
Puas mengunjungi garasi po Selamet, saya melanjutkan hunting poto bis menuju araha Desa Trangkil. Di perjalanan saya menemukan po Bayu Megah yang sedang direparasi. Tidak lama kemudian saya menemukan po ACC jurusan ke Sumatera yang sedang berada di stand cucian dan po Famili Raya Trans jurusan Sumatera yang sedang melintas di jalan.
Di sana saya menyempatkan diri untuk melihat lebih dekat "tempat berdandan" bis Famili Raya, di sana ada dua unit armada bis besar bermesin Hino AK yang full AC semua dengan ber area smoking dan bertoilet. Ada yang tidak biasa di bis Famili Raya Trans ini, pada interior bis ini terdapat kursi/bangku CD yang berjumlah dua buah nempel di atas kap mesin sebelah sopir.
Terakhir saya menuju garasi po Sumber Harapan atau kini biasa dijumpai dengan po SH. Saya memperkenalkan diri dengan para pengurus bis SH, mereka tampak antusias menerima kedatangan saya. "Saya aneh dengan Mas Joko, kenapa kok memoto bis-bis yang kondisinya tidak bagus seperti SH ini?", tanya Pak Min salah satu pengurus po SH kepada saya. "Namanya juga penggemar bis, saya tidak peduli bisnya bagus atau jelek . Apapun itu yang penting ya bis ya saya poto", jawab saya kepada Pak Min dan pengurus yang lain.
Menurut para pengurus bis Sumber Harapan yang ada di garasi, perusahaan ini berdiri pada tahun 1978 dengan trayek Pati-Solo P.P. via Purwodadi dan Semarang Kota. Pemilik po Sumber Harapan ini adalah Bapak Tukimin, mantan karyawan Pabrik Gula (PG) Trangkil, Pati. Selanjutnya pada tahun 1994 membuka trayek Tayu-Pati-Jakarta P.P. Sebagaian besar armada yang dimiliki mesin Mercedes Benz OH prima, king dan intercooler. Keseluruhan armada memakai Mercedes Benz sejak awal berdiri, kini armadanya semuanya ber AC meski kelas ekonomi. Saat ini jumlah armada bis Sumber Harapan Pati berjumlah 30-an buah.
Hari menjelang sore, saya dan keluarga bersiap-siap untuk pulang menuju rumah di Malang. Pukul 14.25 wib saya meninggalkan Trangkil menuju arah Juwana. Saat melintas di RM Mitra Kragan, Rembang saya melihat ada seonggok armada bis Safari Dharma Raya (OBL) mesin MB V 2629 karoseri Adi Putro yang mangkrak begitu saja. Sayapun bergegas memotonya, ternyata setelah saya dekati bis tersebut sudah tidak ada mesinnya, bemper belakang juga sudah raib entah kemana.
Pukul 22.30 saya dan kaluarga akhirnya sampai di rumah Malang. Perjalanan dari Pati-Malang yang biasanya ditempuh hanya enam jam dengan naik mobil, kemarin ditempuh dengan waktu sembilan jam, akibat kegiatan karnaval yang menghambat laju kendaraan. Saat macet melanda maunya sih, mengeblonk truk-truk yang ada di depan saya, namun saya tidak tega. Dan semua penggemar bis di manapun Anda berada, sampai di sini cerita saya tentang hunting foto bis di Pati, Jawa Tengah sampai bertemu di cerita dunia per BIS an lainnya.
Berangkat dari Malang hari Minggu pukul 09.30 wib. Kebetulan waktu itu saya yang mengemudikannya. Beberapa bis yang saya salip diantaranya, po Sinar Mandiri, po Haryanto (bis pariwisata), po Jaya Utama, dan bis lainnya saya lupa. Sesampainya di Jawa Tengah tepatnya di terminal Lasem, Rembang tiba-tiba terlihat bis Nusantara mesin Scania yang sedang ngetem berhenti menunggu jam keberangkatan. Sayapun berhenti dan meminggirkan kendaraan untuk memfoto bis Nusantara dan situasi terminal Lasem. Sepertinya Nusantara dengan kode NS-941 itu jurusan ke Jakarta. Selain bis Nusantara di terminal Lasem waktu itu juga sedang parkir po Bandung Express mesin OH Prima dan Pahala Kencana mesin Hino RG. Puas memoto terminal Lasem saya melanjutkan perjalanan menuju Pati.
Selepas Lasem, kota berikutnya adalah masuk Kota Rembang. Saat melewati terminal Rembang pada waktu itu kebetulan tidak ada bis, sehingga saya tidak memoto kondisi terminal. Kondisi tidak ada bis juga berlanjut di terminal bis Juwana. Dari Juwana saya belok ke kiri untuk menuju Kec. Tayu, Kabupaten Pati di sana keluarga dan kerabat dari Ayah saya sudah menunggu kedatangan kami rombongan dari Malang.
Di Tayu, Kabupaten Pati sayapun meluangkan waktu untuk hunting foto bis. Nah, saat melewati jalanan di Kec. Tayu sayapun melihat po Sari Mustika jurusan Pati-Sumatera yang sedang 'ndeprok' di bengkel cat/las teter. Sayapun memoto bis Sari Mustika dengan cat dan corak baru tersebut. Selanjutnya saya kembali menemukan bis besar AKAP lainnya yang sedang bersiap-siap berangkat menuju Jakarta. Di sana saya menemukan po Senja Furnindo dengan cat dan corak warna ungu.
Didengar dari suara bis tersebut, saya yakin kalau bis tersebut bermesin MB OH 1518, dengan bodi karoseri Morodadi Prima yang dirombak dengan model Evolution lampu Marcopolo karoseri Rahayu Sentosa. Hari semakin petang, saya dan keluarga menuju pusat Kota Pati mencari hotel untuk menginap.
Namanya juga BisMania, saat malam hari tiba pukul 21.00-an sayapun gelisah karena saya yakin jam-jam malam seperti ini adalah waktunya bis malam dari arah Jawa Timur melintas di jalanan Pati. Sayapun memilih pertigaan Puri, Pati sebagai lokasi hunting poto bis. Namun sayang seribu sayang, karena keterbatasan dari kemampuan kamera, sayapun hanya mampu memfoto beberapa bis saja. Ada sesuatu yang menarik saat saya berdiri di pertigaan Puri, biasanya bis-bis AKAP/AKDP reguler harus melintas di jalan lingkar dari arah terminal Pati. Namun saya heran po Lorena-Karina lewat melalui jalan tengah Kota atau lewat alun-alun Pati. Padahal banyak bis malam lainnya seperti Pahala Kencana dan Kramat djati tidak melalui tengah kota. Kenapa ya?
Keseokan harinya sebelum cek out dari Hotel Rama, Pati saya menyempatkan diri untuk berkunjung ke pool/garasi/stand cucian bis beberapa po di Pati. Pertama saya mengunjungi garasi po Selamet di daerah Rendole Pati. Kebetulan sekali, saya bertemu dengan Bapak Heri yang merupakan pengusaha bis Selamet. Sayapun minta ijin untuk memfoto kondisi garasi dan beberapa bis Selamet yang ada di sana. Sembari memfoto kami mengobrol seputar bis Selamat dan sharing tentang model bis, membandingkan model karoseri antara Malang dan Pati.
Pak Heri bercerita kepada saya tentang sejarah dan awal mula berdirinya po Selamet. Dahulu bernama po Ikha Jaya, yang pada tahun 1970-an menjalani usaha MPU/bison/colt trayek Pati-Tayu P.P. Seiring berjalannya waktu, perusahaan milik Sukarno Lilik ini memiliki armada bis besar dan membuka trayek Lasem-Kudus-Semarang P.P. Ikha merupakan nama depan dari putra-putri Bapak Sukarno Lilik .
Lokasi: Garasi po Selamet, Pati
Di tahun 1990-an nama berubah menjadi po Selamet dan membuka trayek AKAP jurusan Tayu-Pati-Jakarta P.P. Baru pada tahun 1978 memliki "Mas, karoseri bis di Malang itu bagus-bagus daripada model bis yang ada di Pati ya", komentar Pak Heri yang heran kepada saya karena menurut beliau bis-bis di Malang jauh lebih bagus daripada yang ada di Pati. "Tapi Pak, di Malang menurut saya belum ada bis-bis yang ban nya selalu mengkilap karena disemir. Selain itu ring pelek dari bis Selamet hampir rata-rata di lapisi dengan crome." sanggahan saya.
Selanjutnya Pak Heri mempersilahkan saya untuk memoto bis-bis yang ada di garasi, Pak Heri pun melanjutkan aktifitasnya yaitu membantu mengecat "selendang" bis miliknya bersama anak buahnya. Sebagian besar armadanya bermesin OH1113 atau prima, OH1518 atau don king, dan OH 1521 atau intercooler.
Puas mengunjungi garasi po Selamet, saya melanjutkan hunting poto bis menuju araha Desa Trangkil. Di perjalanan saya menemukan po Bayu Megah yang sedang direparasi. Tidak lama kemudian saya menemukan po ACC jurusan ke Sumatera yang sedang berada di stand cucian dan po Famili Raya Trans jurusan Sumatera yang sedang melintas di jalan.
Di sana saya menyempatkan diri untuk melihat lebih dekat "tempat berdandan" bis Famili Raya, di sana ada dua unit armada bis besar bermesin Hino AK yang full AC semua dengan ber area smoking dan bertoilet. Ada yang tidak biasa di bis Famili Raya Trans ini, pada interior bis ini terdapat kursi/bangku CD yang berjumlah dua buah nempel di atas kap mesin sebelah sopir.
Terakhir saya menuju garasi po Sumber Harapan atau kini biasa dijumpai dengan po SH. Saya memperkenalkan diri dengan para pengurus bis SH, mereka tampak antusias menerima kedatangan saya. "Saya aneh dengan Mas Joko, kenapa kok memoto bis-bis yang kondisinya tidak bagus seperti SH ini?", tanya Pak Min salah satu pengurus po SH kepada saya. "Namanya juga penggemar bis, saya tidak peduli bisnya bagus atau jelek . Apapun itu yang penting ya bis ya saya poto", jawab saya kepada Pak Min dan pengurus yang lain.
Menurut para pengurus bis Sumber Harapan yang ada di garasi, perusahaan ini berdiri pada tahun 1978 dengan trayek Pati-Solo P.P. via Purwodadi dan Semarang Kota. Pemilik po Sumber Harapan ini adalah Bapak Tukimin, mantan karyawan Pabrik Gula (PG) Trangkil, Pati. Selanjutnya pada tahun 1994 membuka trayek Tayu-Pati-Jakarta P.P. Sebagaian besar armada yang dimiliki mesin Mercedes Benz OH prima, king dan intercooler. Keseluruhan armada memakai Mercedes Benz sejak awal berdiri, kini armadanya semuanya ber AC meski kelas ekonomi. Saat ini jumlah armada bis Sumber Harapan Pati berjumlah 30-an buah.
Hari menjelang sore, saya dan keluarga bersiap-siap untuk pulang menuju rumah di Malang. Pukul 14.25 wib saya meninggalkan Trangkil menuju arah Juwana. Saat melintas di RM Mitra Kragan, Rembang saya melihat ada seonggok armada bis Safari Dharma Raya (OBL) mesin MB V 2629 karoseri Adi Putro yang mangkrak begitu saja. Sayapun bergegas memotonya, ternyata setelah saya dekati bis tersebut sudah tidak ada mesinnya, bemper belakang juga sudah raib entah kemana.
Pukul 22.30 saya dan kaluarga akhirnya sampai di rumah Malang. Perjalanan dari Pati-Malang yang biasanya ditempuh hanya enam jam dengan naik mobil, kemarin ditempuh dengan waktu sembilan jam, akibat kegiatan karnaval yang menghambat laju kendaraan. Saat macet melanda maunya sih, mengeblonk truk-truk yang ada di depan saya, namun saya tidak tega. Dan semua penggemar bis di manapun Anda berada, sampai di sini cerita saya tentang hunting foto bis di Pati, Jawa Tengah sampai bertemu di cerita dunia per BIS an lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar